arti di balik perayaan saraswati

Apa makna serta mengapa merayakan Hari Saraswati ?????

Pāvakā nah sarasvatī vājebhirvājinīvatī yajňam vastu dhiyāvasuh.
(Rgveda: 1.3.10)

Dewi Saraswati (sarasvati) yang menyucikan, (pāvakāh), Engkau penuh kemakmuran (vājinivatī) karena memiliki pengetahuan, kekayaan dan kekuatan (vāj ebhih), pemberi kecerdasan (dhiyāvasuh), sempurnakanlah (vastu) yadnya kehidupan (yajňam) kami (nah).

‘Dewi Saraswati yang menyucikan, engkau penuh dengan kemakmuran karena memiliki pengetahuan kekayaan dan kekuatan, pemberi kecerdasan, sempurnakanlah yadnya kehidupan kami’.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

A. Pendahuluan

1. Makna Hari Raya Saraswati dan Peningkatan Kualitas Sosial

1.1 Hakikat Hari Raya Saraswati

Landasan pokok dari Ajeg Bali adalah kesucian. Kesucian adalah merupakan landasan pokok yang telah ditanamkan para leluhur-para leluhur orang Bali sejak dulu. Ajeg juga tidak bisa lepas dari panorama alam Bali, moral orang Bali, umat Hindu, taksu Bali dan kejujuran masyarakat Bali. Kata Bali berarti banten. Banten adalah lambang kesucian karena merupakan symbol Weda sekaligus perwujudan bhakti dan rasa syukur umat Hindu kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa (BRAHMAN). Jika ingin mengajegkan Bali, harus menjaga kesucian Bali. Kesucian tersebut meliputi parahyangan (kesucian Bali), pawongan (manusia Bali) dan palemahan (alam Bali) yang juga disebut Tri Hita Karana. Dikarenakan pola berpikir para leluhur orang Bali kita adalah kesucian maka para leluhur kita membuat banyak Pura. Di Bali juga terdapat banyak hari suci Hindu, itu karena para leluhur kita berharap tiap saat kita ingat tentang kesucian. Salah satu hari suci Hindu adalah Saraswati.
Hari Raya Saraswati adalah hari raya agama Hindu yang jatuh pada setiap 210 hari sekali tepatnya pada hari Saniscara (Sabtu) Umanis Wuku Watugunung sebagai hari pemujaan kepada Sang Hyang Aji Saraswati, manifestasi Tuhan Yang Maha Esa sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan. Manifestasi Hyang Widhi ini dilambangkan dengan seorang dewi membawa rebab, genitri , pustaka suci, teratai dan bersthana diatas angsa. Kata Saraswati itu sendiri terdiri dari 2 kata yaitu saras yang berarti sesuatu yang mengalir atau ucapan dan wati yang berarti sesuatu yang memiliki sifat mengalir. Sesuatu yang bersifat mengalir tak lain adalah air, seperti air di sungai. Oleh karena sebab itu ada sungai yang dianggap suci oleh umat Hindu yakni Sungai Saraswati di India. Selain itu yang memiliki sifat mengalir adalah ilmu pengetahuan dan yang menguasai ilmu pengetahuan ini tak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang bermanifestasi sebagai Dewi Saraswati, oleh sebab itu Dewi Saraswati adalah sumber ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan . Dewi Saraswati itu sendiri adalah manifestasi Hyang Widhi Wasa yakni dewa Brahma manifestasinya Tuhan sebagai Pencipta. Dalam bahasa matematika Saraswat termasuk derivat (turunan) kedua dari manifestasinya Tuhan. Tuhan yang Maha Esa menciptakan diri-Nya sebagai Ilmu Pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai dasar kekuatan yang diperlukan dalam proses penciptaan.
Berdasarkan konsepsi di atas, maka ilmu pengetahuan digambarkan sebagai Dewi Saraswati yang berwajah cantik jelita. Makna yang hendak diungkap dalam penggambaran tentang ilmu pengetahuan sebagai Dewi yang sangat cantik adalah bahwa ilmu pengetahan itu sangat menarik. Seperti seorang lelaki pasti akan tertarik dengan seorang wanita cantik, maka demikian pula setiap orang akan tertarik dengan ilmu pengetahuan . Dengan memiliki ilmu pengetahuan seseorang dapat hidup dengan sempurna, untuk ilmu pengetahuan yang dipersonifikasikan sebagai seorang dewi yang cantik digambarkan memiliki berbagai atribut. Adapun segala atribut yang terdapat dalam wujud Dewi Saraswati itu memiliki makna sebagai berikut :

a.Daun Lontar adalah symbol sumber ilmu pengetahuan,
b.Teratai adalah symbol kesucian dari ilmu pengetahuan,
c.Angsa adalah symbol wiweka atau kebijaksanaan yang dapat membedakan antara yang
baik dan yang buruk,
d.Genitri adalah simbol bahwa ilmu pengetahuan tidak pernah habis untuk dipelajari,
e.Rebab adalah symbol bahwa ilmu pengetahuan itu memiliki nilai estetika,
f.Bulu burung merak melambangkan kewibawaan,


1.2 Peningkatan Kualitas Sosial

Pesan-pesan moral yang hendak diusung dalam perayaan hari raya Saraswati adalah bahwa setiap orang mesti tertarik dengan ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan manusia dapat memecahkan berbagai persoalaan kehidupannya. Dengan ilmu pengetahuan seseorang dapat mencapai kesucian, sebab dalam ilmu pengetahuan terdapat berbagai ilmu termasuk ilmu untuk mencapai kesucian itu sendiri. Dengan ilmu pengetahuan itu juga maka seseorang dapat membedakan mana yang sesungguhnya dan mana yang bukan sesungguhnya, dengan kata lain dengan ilmu pengetahuan manusia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Melalui perayaan hari raya Saraswati terdapat pesan-pesan moral bahwa manusia harus terus menerus mancari ilmu pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan itu tanpa batas. Sehingga ilmu pengetahuan tidak pernah akan habis untuk dipelajari, selain itu dengan memiliki ilmu pengetahuan maka seseorang akan timbul nilai estetika dalam dirinya dalam dirinya dan juga mampu menilai serta menghargai nilai-nilai estetik atau nilai-nilai keindahan dari sesuatu yang dilihatnya. Dengan kemampuan menilai sesuatu dari sudut keindahan nya, maka manusia memiliki kecenderungan untuk memelihara sesuatu dan tidak mau dan hanya ingin menghancurkan segala sesuatu yang tidak berkenan dalam hatinya. Kemudian bahwa dengan memiliki ilmu pengetahuan, maka otomatis seseorang akan berwibawa. Jadi kewibawaan seseorang itu tidak perlu dicari-cari, miliki saja ilmu pengetahuan sebanyak mungkin, maka kewibawaan pasti diperoleh.
Memperhatikan demikian banyak manfaat dari ilmu pengetahuan itu, maka sudah sepantasnyalah manusia harus berlomba-lomba mecari ilmu pengetahuan. Niscaya dengan ilmu pengetahuan tersebut segala duka nestapa dapat ditanggulangi.



B. Pemujaan Saraswati Dipandang Dari Segi Tattwa, Susila, dan Upacara
1. Pemujaan Saraswati

Dalam Catur Weda terdapat 85 mantra tentang Dewi Saraswati. Terdapat banyak arti dari Saraswati yaitu : pengetahuan, sungai, ucapan, Veda, dan wanita. Mantra-mantra tentang Saraswati dalam Catur Veda direnungkan lalu diartikan oleh Rsi Madhuchanda, Rsi Bhargava, Brahma dan Vasistha. Walaupun dalam mantra-mantra tersebut nama-nama para rsi berbeda-beda, tetapi Dewa dari semua mantra tersebut adalah Dewi Saraswati.
Dalam Purana terdapat tiga dewi yaitu : Saraswati, Laksmi, dan Parwati. Tetapi dalam Veda sedikit berbeda yaitu Ila, Saraswati, dan Bharati. Ketiga dewi tersebut merupakan putri dari Aditi.
Dalam Saraswati Stotra dari Padma Purana disebutkan bahwa Dewi Saraswati duduk di atas bunga teratai yang merupakan symbol spiritualitas dunia. Keempat tangan-Nya melambangkan pengetahuan Catur Veda. Dewa Brahma dan Dewi Saraswati merupakan lambang pengetahuan Catur Veda dan Beliau menciptakan dunia.
Dalam Tantra, Dewi Saraswati dikaitkan dengan energi wanita, yang memiliki 64 jenis keahlian. Dewa Brahma dan Dewi Saraswati adalah “Creative Cosmic Couple”. Mantra yang perlu diucapkan untuk memuja Dewi Saraswati adalah :

“Svetapadmāsanā devi svetapuspopa śobhitā
svetāmbaradharā nityā svetagandhānulepanā
stotrenānena tām devīm jagaddhātrīm sarasvatīm
ye smaranti trisandhyāyām sarvām vidyām labhante te”.

Artinya: “Seseorang yang mengucapkan puji-pujian dengan mantra ini akan mendapatkan segala jenis pengetahuan”. Perayaan hari Saraswati adalah untuk merenungkan diri sejauh mana kita memiliki pengetahuan dan berapa kali kita membaca Veda yang kita sucikan. Perayaan hari Saraswati baru akan berarti bila kita memahami bahwa Veda adalah buku suci. Belajar, mengajar, dan mendengar adalah kewajiban setiap orang baik, sehingga rahasia yang tersembunyi dalam Veda bisa dirasakan.
Seseorang harus membuat hidupnya sebagai yadnya karena menurut Bhagavadgita kehidupan manusia adalah yadnya itu sendiri. Dalam kehidupan peranan para Dewa sangat besar. Dewa Agni merupakan energi dalam kehidupan, Dewa Indra merupakan air dalam badan manusia. Demikian pula halnya dengan pengaruh Dewi Saraswati. Ia memiliki dua peranan dalam kehidupan manusia. Pertama, Ia menganugerahkan ucapan halus dan benar kepada mereka yang memuja-Nya. Ucapan halus saja tidak cukup, tetapi lebih dari itu ucapan juga harus benar! Ucapan harus berdasarkan ahimsa dan dilandasi cinta dan kasih sayang sehingga tidak mengganggu hubungan antar sesama. Peranan Dewi Saraswati yang kedua adalah menganugerahkan buddhi yang baik sehingga manusia bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan yang tidak baik. Dengan demikian dalam kehidupan ini kedua hal tersebut dianugerahkan setiap hari kepada pemuja-Nya. Pada saat muncul pikiran jahat dalam diri kita untuk mengganggu, menyakiti, atau berbuat jahat kepada orang lain, pada saat itu pula Dewi Saraswati meninggalkan orang tersebut. Demikian juga pada waktu orang yang mengeluarkan kata-kata kasar dan penuh himsa, berarti Dewi Saraswati telah jauh dari kehidupan orang tersebut.
Untuk menghadirkan kedua anugerah tersebut dalam hati kita, perlu dilakukan pemujaan terhadap Dewi Saraswati sebagai prayascita. Seringkali kita menganggap bahwa anugerah Dewi Saraswati hanya sebatas pengetahuan saja, akan tetapi dalam mantra tersebut ditegaskan bahwa dengan anugerah Dewi Saraswati seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan dan ucapannya bagaikan amrta, walaupun orang tersebut tidak pernah mendapatkan pendidikan Veda dan pendidikan lainnya.


2. Tentang Hari Raya Saraswati dari Segi Tattwa, Susila, dan Upacara

Dalam Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu (poin 19, Hal : 48, Tentang Hari Raya Saraswati dari Segi Tattwa, Susila, dan Upacara) di sebutkan sebagai berikut :

A. Tentang Tattwa :

1. Etimologi.

Saraswati terdiri dari kata : Saras dan Wati

1. Saras berarti sesuatu yang mengalis, dan “kecap” atau ucapan.
2. Wati berarti yang memiliki atau mempunyai. Jadi, Saraswati berarti : yang mempunyai sifat mengalir dan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.

2. Istilah

1. Dalam ajaran Tri Murti menurut agama Hindu Sang Hyang Saraswati adalah Sakitnya Sang Hyang Brahman.
2. Sang Hyang Saraswati adalah Hyang-Hyangnya Pangaweruh.
3. Aksara merupakan satu-satunya Lingga stana Sang Hyang Saraswati
4. Pengertian odalan Sang Hyang Saraswati

Hari Saniscara umanis wara Watugunung adalah sebagai hari pemujaan turunnya ilmu pengetahuan oleh umat Hindu.

B. Ethika

1. Pemujaan Saraswati dilakukan sebelum tengah hari.
2. Sebelum perayaan Saraswati, tidak diperkenankan membaca atau menulis.
3. Bagi yang melaksanakan “Brata Saraswati” tidak diperkenankan membaca dan menulis selama 24 jam.
4. Dalam mempelajari segala “pangaweruh” selalu dilandasi dengan hati “Astiti” kepada Hyang Saraswati, termasuk dalam hal merawat perpustakaan.

C. Upakara

1. Tempat :

Semua pustaka-pustaka keagamaan dan buku-buku pengetahuan lainnya termasuk alat-alat pelajaran yang merupakan “Lingga stana Hyang Saraswati” diatur dalam tempat yang layak untuk itu.

2. Banten :

Upakara Saraswati sekurang-kurangnya : Banten Saraswati, sodaan Putih Kuning, dan canang selengkapnya.

3. Kekuluh (tirta)

Tirta yang dipergunakan hanya tirta Saraswati, diperoleh dengan jalan memohon ke hadapan Hyang Surya sekaligus merupakan tirta Saraswati, ditempat Lingga Saraswati masing-masing.

4. Pelaksanaan

1. Didahului dengan menghaturkan penyucian, ngayabang aturan, muspa dan matirta.
2. Upakara Saraswati Puja ditetapkan nyejer sampai keesokan harinya.

5. Banyupinaruh (pina wruh) Redite Paing Sinta.

1. Asuci laksana
Di pagi hari umat asuci laksana (mandi, keramas dan berair kumkuman).
2. Upakara
Dihaturkan labaan nasi pradnyan, jamu sad rasa dan air kumkuman. Setelah dihaturkan pasucian/kumkuman labaan dan jamu, dilanjutkan dengan nunas kumkuman, muspa, matirta, nunas jamu dan labaan Saraswati/nasi pradnyan barulah upacara diakhiri/lebar.

D. Sanggraha Kosa (Materi Penyangga)

Hari Raya Saraswati dilengkapi dengan Sanggraha Kosa sebagai berikut :

1. Lambang, berwujud wanita cantik bertangan empat dengan atribut-atribut cakepan, genitri, wina, teratai disamping burung merak dan angsa.
2. Padewasan
1. Dirayakan hari Saraswati pada Saniscara Umanis Watugunung tampaknya mempunyai kaitan dengan mitologi pawukon, khususnya Watugunung dan Sinta.
2. Untuk itu perlu didalami apa makna, hari-hari pada kedua wuku tersebut.
3. Upakaranya
Bentuk, nama dan bahan upakara khusus dalam hubungan odalan Saraswati perlu didalami tentang arti dan maksudnya seperti : cecak, daun beringin, daun keraras, gilingan andong dan jamu.
4. Keputusan : Pedoman kepustakaan dalam hubungannya dengan Saraswati antara lain :
a. Tutur Aji Saraswati
b. Sundarigama
c. Medangkemulan
d. Purwaning Wariga

C. Kesimpulan

1. Pesan –pesan Moral Terpenting dalam Perayaan Hari Raya Saraswati

`Inti sari dari perayaan hari Saraswati adalah bahwa dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, maka seseorang itu akan memiliki viveka, yaitu dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk atau mana yang benar mana yang salah. Amatlah sia-sianya ilmu pengetahuan yang dimiliki jika ia tak mampu membela yang benar atau bahwa ia membela yang membayar. Seseorang yang benar-benar telah memiliki pengetahuan yang benar apapun jenis pengetahuannya, ia akan dapat meneropong dengan pengetahuan sesuatu itu benar atau salah berdasarkan disiplin ilmunya. Jika seseorang tahu bahwa berdasarkan disiplin ilmunya seseorang itu melanggar di depan matanya dan ia tidak mampu menghentikan atau paling tidak mengingatkan kepada si pelanggar, maka sia-sialah ilmu pengetahuan yang dimiliki itu. Pedang ilmu pengetahuan harus mampu mencegah kebatilan yang merajalela, demikian itulah pesan terpenting dari hakikat perayaan hari raya Saraswati.

2. Pesan Moral dalam Banyu Pinaruh

Setelah selesai melaksanakan puja Saraswati, keesokan harinya yaitu Redita wuku Sinta umat Hindu menyambut hari Banyupinaruh. Secara etimologi Banyupinaruh mengandung arti “air yang menyebabkan seseorang menjadi tahu tentang sesuatu”. Umat Hindu menyambut hari Banyupinaruh itu dengan melaksanakan penyucian diri dengan cara mandi atau membasuh muka sebagai symbol pembersihan diri. Hal itu dilakukan pada tempat-tempat sumber mata air, pantai, danau dan sebagainya. Selain itu umat Hindu juga memohon tirtha atau air suci Banyupinaruh sebagai simbol telah meminum ilmu pengetahuan.
Sebagaimana mandi dengan air, sebagaimana membasuh muka dengan air, agar manusia memperoleh kebersihan fisik, maka demikian pula manusia harus mandi dan membasuh jiwanya dengan ilmu pengetahuan. Itulah pesan-pesan moral dari perayaan hari Banyupinaruh.

0 komentar:

Posting Komentar

ramalan jodoh

WELCOME

LIVE RADIO

This text will be replaced

Untuk Request lagu, Kirim ke YM :

nettersradio

 
Atau klik aja di bawah ini :





Thank You